Makassar, Target Tuntas –Senin siang di depan Baruga Balang Tonjong, Antang, massa loyalis Supratman dengan semangat ‘Mannangapa Supra ja’ memadati Posko yang tak pernah sepi sejak jauh sebelum pendaftaran calon legislatif. Supratman, yang dikenal sebagai petarung dari ‘Timur kota’, berhasil terpilih untuk ketiga kalinya dari Daerah Pemilihan (Dapil) Kecamatan Manggala – Panakkukang. Ia bagaikan magnet yang mampu memukau konstituennya.
Kali ini, Supratman tidak hanya meraih suara legislatif terbanyak, tetapi juga terpilih sebagai Ketua DPRD Makassar, memegang tampuk pimpinan untuk periode 2024 – 2029. Semua pendukungnya setia menanti kedatangan ‘Sang Legenda’ usai dilantik sebagai Ketua DPRD Makassar pada Senin pagi (9/9).
Supra, sapaannya, sebagai ‘legenda’ di posko ‘abadi’-nya yang sejak 2009 hingga kini tetap tegak di depan ‘danau’ tempatnya bermain sejak kecil, kini meraih hasilnya. Ia menjawab tantangan loyalisnya yang setiap saat diajak berjibaku.
Mengenal Supratman, anak muda ‘petarung’ ini, di atas danau Balang Tonjong, rumah keramba ikan saya, 15 tahun lampau. Berdasarkan rekomendasi seorang sahabat yang sebelum menjadi Lurah Antang, bersama-sama menjadi Penyelenggara Pemilu 2004, saya sebagai Ketua Panwaslu dan almarhum H. Burhanuddin Razak sebagai Anggota PPK Kec Manggala. Beliaulah yang ‘menitipkan’ agar Supratman dan almarhum Syafri Razak bisa menjadi tim pemenangan Syahrul Yasin Limpo (SYL) di Pilgub Sulsel.
Pertemuan saya singkat setelah mendengar percakapan saya dengan Wagub SYL melalui telepon. Dia pun pamit, dan di tangannya, SYL menang di Kecamatan Manggala.
Beberapa waktu kemudian, Pilwali juga bergulir. Di pekarangan Kantor Camat, digelar hiburan musik ‘Cilada’ yang dihadiri Walikota Makassar Ilham Arif Sirajuddin (IAS) yang sedang ‘pemanasan’ untuk pilkada. Saat itu, Supratman dan almarhum Syafri Razak (adik almarhum Burhanuddin Razak) juga hadir dan menjadi tim pak IAS. Singkat cerita, IAS juga menang di Manggala.
Supratman adalah anak seorang guru yang dikenal baik, bersahaja, dan mudah bergaul. Awalnya, ia bekerja sebagai honorer di Kantor Camat Manggala. Namun, ‘tangan dinginnya’ dalam meramu sebuah tim kerja terbukti ampuh. Hal ini telah saya buktikan berulang kali, baik dalam perebutan Piala Adipura maupun menata dan memoles Pesta Rakyat pada Perayaan HUT RI.
Karenanya, ketika Supratman pertama kali ikut sebagai calon legislatif dari Partai Nasdem meskipun nomor urutnya hampir di bawah, ia tetap berhasil meraih suara.
Selama 15 tahun sebagai Ketua FK LPM Kecamatan Manggala, saya sering meminta tanggapan dan pendapatnya. Dalam perbincangan, dia selalu memelihara adabnya yang santun sebagai adik.
Seingat saya, jarang sekali saya harus mengulangi permintaan atau masukan untuk kelancaran penganggaran proyek hasil Musrenbang di Banggar DPRD Makassar ketika dia ‘menentukan’ di Dewan. Seperti pepatah, sekali mendayung dua tiga pula terlampaui.
Orangnya cerdas dan mudah mengerti masalah di lapangan. Itu mungkin karena ia memahami tupoksi dan asal dapilnya yang wajib dibantu mewujudkan keinginan masyarakatnya.
Terngiang di telinga saya harapan sejumlah anggota DPRD Makassar yang menyambangi kediaman saya saat tahap perhitungan suara di PPK. Supra saat itu datang bersama H. Jufri Pabe ke Sanggar Seni Pendopo Aspirasi saya. Dengan senyum sumringah, mereka berdua bergandengan. Sebelumnya, keduanya merupakan saingan dalam bersaing di partai.
Mungkin karena keduanya takut kalah, mereka melipatgandakan upaya mencari pemilih. Keduanya berhasil duduk dengan meraih angka tertinggi.
“Semoga Kak Supra jadi Ketua,” tutur Imam Musakkar, juga anggota DPRD dari PKB.
Anggota Dewan ‘oppo’ yang duduk semeja dengan saya, Fasruddin Rusly (F-PPP), Andi Suharmika (F-Golkar), dan Alhidayat Syamsu (F-PDI Perjuangan, terpilih DPD RI untuk Sulsel), hampir serempak menyuarakan “Aamin.” Saya juga reflek mendoakan.
Sehari sebelum dilantik, saya melihat video gladi yang “jebol” di medsos. Saya mengirimkannya ke WA-nya dan memberi ucapan selamat.
“Makasih, Titip doa ta semoga bisa melaksanakan amanah ini, Pung,” tulisnya saat membalas chat saya.
Dan, doa dari Pak Ketua DPRD Makassar ini saya amini lagi.
Oh, hampir lupa saran dari dinda, agar saya tidak perlu ikut ‘cawe-cawe’ dalam politik praktis. Menurutnya, saya cukup jadi tokoh masyarakat dan “orang tua” di Manggala saja.
Saya pikir, benar juga, karena sejak dulu saya tidak pernah berhasrat ‘mendua’kan profesi wartawan saya dengan meloncat ke partai politik meskipun banyak tawaran. Bahkan, pernah salah satu partai politik menawarkan saya sebagai penasehat partai. Terpaksa saya tolak karena harus pamit dari jabatan saya di PWI. Mirisnya, saya juga menjadi korban ‘pembisik’ dalam politik praktis ini. Ha.. ha..ha..
Cocoki… Ingat, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat. Tetaplah mengurus rakyat. Salamakki, ndikku.
(Andi Pasamangi Wawo)