Pinrang, TARGETTUNTAS.ID – Insiden tragis yang menimpa pengunjung di Pantai Ammani, Kabupaten Pinrang, membuka fakta memilukan tentang buruknya sistem pengelolaan di salah satu destinasi wisata bahari andalan daerah tersebut.
Kepala Desa Mattirotasi, Amor, mengakui bahwa tidak ada pengelolaan resmi yang berjalan saat ini. “Dulu sempat dikelola oleh desa, tapi karena banyak pemilik warung menolak berkontribusi, akhirnya kami lepas. Sekarang masing-masing warung kelola sendiri,” ujarnya. (6/4)
Dari total 40 warung yang beroperasi di sepanjang bibir pantai, hanya 9 di antaranya yang bersedia menyetor iuran untuk keamanan dan keselamatan pengunjung. Bahkan, iuran yang semula disepakati sebesar Rp5.000 per basket ikan pun ditolak oleh sebagian besar pengusaha kecil di sana. “Beberapa bangunan semi permanen itu juga hanya dicaplok begitu saja tanpa izin resmi,” tambah Amor.
Setelah insiden tenggelam tersebut, Amor menyebut pihaknya akan segera menggelar rapat bersama atas instruksi Bupati Pinrang untuk membentuk pengelolaan satu pintu. Ia menegaskan, akan ada tindakan tegas terhadap pemilik warung yang enggan mengikuti aturan, termasuk kemungkinan pemberhentian usaha mereka.
Sayangnya, keselamatan pengunjung belum menjadi prioritas. Tak ada lifeguard, rambu peringatan, ataupun pelampung yang disiapkan secara standar. Hanya beberapa warung yang menyediakan penjagaan, selebihnya beroperasi tanpa pengawasan. “Saya prihatin, kesadaran pengusaha sangat kurang. Padahal wisata ini bisa meningkatkan ekonomi warga,” ujar Amor yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) pantai Ammani.
Pantai Ammani memang belum memiliki legalitas penuh sebagai objek wisata resmi, meski kelompok sadar wisata di desa telah mengantongi SK dari Dinas Pariwisata. Namun hingga kini, tidak ada SOP keselamatan yang diterapkan di lokasi.
Menurut data sementara, lebih dari 500 orang diberdayakan secara tidak langsung di area wisata ini. Namun absennya sistem pengelolaan yang jelas membuat potensi konflik dan risiko terus mengintai. Amor bahkan menyebut sudah beberapa kali terjadi insiden tenggelam, termasuk seorang anggota kepolisian yang pernah jadi korban.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari Dinas Pariwisata. Pihak Polres Pinrang dikabarkan tengah menyelidiki insiden terakhir ini dan membuka kemungkinan adanya unsur kelalaian.
“Pantai ini punya potensi besar, tapi kalau terus dibiarkan seperti ini, akan terus menimbulkan korban,” tutup Amor.
(shl/sm)