Mamasa, TARGETTUNTAS.ID — Tak hanya parade budaya dan kemeriahan karnaval, peringatan puncak Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) di Lapangan Kondosapata’, Mamasa. Selasa, 29/07/2025.
Juga menjadi ajang unjuk kreativitas para penyuluh Keluarga Berencana (KB) dari Kabupaten Mamasa.
Dengan semangat melestarikan kearifan lokal sekaligus mendorong ekonomi keluarga, para penyuluh KB Mamasa memajang beragam hasil karya tangan yang menggambarkan kekayaan budaya dan potensi daerah.
Di salah satu sudut tenda pameran, terlihat kue tradisional khas Mamasa yang disebut Deppa Torik tersusun rapi. Kue berbentuk pipih dengan cita rasa manis dan tekstur yang renyah ini menjadi simbol rasa syukur dan kebersamaan dalam setiap perayaan adat di Mamasa. Terbuat dari campuran tepung beras dan gula merah yang diolah secara tradisional, Deppa Torik menjadi salah satu daya tarik utama yang langsung mencuri perhatian pengunjung.
Selain itu, tersedia pula olahan pisang kripik khas Mamasa yang gurih dan manis. Produk ini dibuat dari pisang lokal berkualitas, diiris tipis, dan digoreng dengan teknik khusus hingga menghasilkan kerenyahan sempurna. Tak hanya enak, kripik ini juga merupakan hasil olahan ibu-ibu binaan penyuluh KB yang tergabung dalam kelompok UPPKA (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor).
Tak ketinggalan, madu murni asli hutan Mamasa turut dipamerkan. Dikemas dalam botol sederhana, madu ini merupakan hasil panen dari lebah hutan liar yang dikelola secara alami oleh warga pedalaman. Selain kaya manfaat bagi kesehatan, madu ini juga menggambarkan kedekatan masyarakat Mamasa dengan alam.
Namun yang paling memikat adalah koleksi sarung tenun dengan motif khas Mamasa yang penuh warna dan filosofi. Dari motif garis sederhana hingga pola-pola geometris yang rumit, setiap helai sarung menggambarkan nilai budaya, status sosial, bahkan harapan dalam kehidupan rumah tangga. Sarung-sarung ini merupakan hasil karya tangan perempuan Mamasa yang diwariskan secara turun-temurun, dan kini dipromosikan sebagai bagian dari gerakan ekonomi keluarga mandiri.
Menurut salah satu penyuluh KB, keikutsertaan mereka dalam pameran ini bukan sekedar memeriahkan acara, tapi juga sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat bahwa pemberdayaan ekonomi keluarga bisa dimulai dari hal-hal kecil di rumah. “Kami ingin menunjukkan bahwa keluarga yang mandiri dan sehat dimulai dari peran aktif ibu-ibu dalam mengelola potensi lokal,” ungkapnya.
Pameran hasil karya ini menjadi bukti nyata bahwa pembangunan keluarga bukan hanya urusan angka dan program, tetapi juga tentang bagaimana nilai budaya, kreativitas, dan kemandirian bisa tumbuh bersama dalam satu rumah tangga.
Laporan : ROMAN


