MAMASA — Jaringan Aktivis Mamasa (JAM) menegaskan komitmen tegas untuk tetap menolak kebijakan job fit di Kabupaten Mamasa, yang dinilai tidak berpihak pada prinsip keadilan, transparansi, dan meritokrasi. Dalam pernyataannya, aktivis JAM Yustianto Tallulembang menegaskan bahwa JAM tidak akan bergeser sedikit pun dari garis perjuangan rakyat, sekalipun menghadapi dinamika internal maupun tekanan dari berbagai arah.“Gerakan kami bukan untuk mencari posisi, tetapi untuk menjaga posisi moral rakyat Mamasa. Job fit bukanlah solusi, melainkan jebakan yang bisa melemahkan sistem birokrasi dan memperkuat praktik transaksional dalam pemerintahan,” tegas Yustianto, Sabtu (1/11/2025).Pernyataan keras ini disampaikan menanggapi sikap salah satu anggota JAM yang baru-baru ini mengundurkan diri dan kemudian berbalik mendukung kebijakan job fit. Menurut Yustianto, langkah tersebut merupakan hak pribadi, namun tidak bisa dijadikan pembenaran untuk mengaburkan arah perjuangan yang telah lama diperjuangkan JAM.“Perjuangan bukan tempat singgah bagi mereka yang mudah tergoda oleh kenyamanan. Kami tidak menolak orang yang pergi, tapi kami menolak sikap yang menukar idealisme dengan kepentingan jangka pendek. Gerakan yang tidak konsisten akan kehilangan makna perjuangannya sendiri,” ujar Yustianto dengan nada kritis.Lebih lanjut, JAM menilai bahwa job fit di Mamasa saat ini justru mengabaikan esensi reformasi birokrasi yang berorientasi pada pelayanan publik. Proses yang tidak transparan dan berpotensi sarat kepentingan dinilai hanya akan memperlebar jarak antara birokrasi dan rakyat.“Jika birokrasi dibangun di atas loyalitas kekuasaan, bukan kompetensi, maka keadilan administratif akan runtuh. Kami menolak job fit bukan karena menolak perubahan, tapi karena kami menolak kebijakan yang mencederai akal sehat,” tambahnya.JAM menegaskan bahwa mereka akan tetap berada pada garis kritis yang konstruktif mengawal kebijakan publik tanpa intervensi pihak mana pun, baik politik maupun birokratik. Bagi JAM, menjaga konsistensi perjuangan berarti menjaga kepercayaan publik agar gerakan sipil tidak kehilangan arah dan ruh perjuangan moralnya.“Banyak yang berbicara soal perubahan, tapi sedikit yang benar-benar siap membayar harga untuk memperjuangkannya. Kami memilih tetap di jalur yang berat ini, jalur akal sehat dan keadilan publik. Karena ketika gerakan mulai dikompromikan, maka rakyatlah yang paling dulu dikorbankan,” tegas Yustianto.Sebagai penutup, Yustianto menyerukan agar masyarakat Mamasa tidak terjebak dalam narasi yang menyesatkan. Menurutnya, perjuangan menolak job fit bukanlah bentuk perlawanan terhadap individu atau lembaga, melainkan perlawanan terhadap ketidakadilan sistemik yang mengancam integritas tata kelola daerah.“Kami tidak sedang melawan orang, kami sedang melawan cara berpikir yang merusak tatanan. Selama akal sehat masih hidup di Mamasa, JAM akan berdiri di garis depan untuk menjaganya,” pungkasnya. (Ayu)