Parepare, TARGETTUNTAS.ID — Persoalan internal di SDN 20 Parepare berbuntut panjang dan menarik perhatian Komisi II DPRD Kota Parepare. Konflik antara sejumlah guru dan kepala sekolah yang tidak terselesaikan secara internal maupun melalui Dinas Pendidikan akhirnya dibawa ke forum Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang digelar pada Selasa (15/4).
Dalam pertemuan tersebut, sejumlah guru menyampaikan keluhan terkait adanya dugaan intimidasi dan mutasi sepihak oleh kepala sekolah. Mereka menyebut praktik tersebut sebagai “sistem culik,” yakni mutasi yang dilakukan secara tiba-tiba tanpa prosedur atau pemberitahuan resmi.
“Saya hanya beda pendapat, tiba-tiba dapat surat mutasi. Ini yang kami sebut sistem culik. Diam-diam langsung dikeluarkan,” ungkap salah satu guru dalam RDP, sambil menahan air mata.
Guru tersebut juga menyinggung dugaan keterlibatan pihak eksternal dalam keputusan mutasi. Namun, tudingan tersebut dibantah langsung oleh Kepala SDN 20 Parepare saat diminta memberi penjelasan oleh anggota Komisi II.
Kepala sekolah mengklarifikasi bahwa pernyataannya yang dianggap menyinggung para guru tidak dimaksudkan untuk melukai perasaan siapa pun. “Pada waktu itu, bahasa yang saya keluarkan hanya bersifat candaan, pak. Tidak ada maksud lain,” ujarnya.
Ketua Komisi II DPRD Kota Parepare, Parman Agus Mante, menegaskan bahwa penyelesaian konflik sebaiknya dilakukan secara berjenjang, dimulai dari internal sekolah hingga ke Dinas Pendidikan.
“Kami ingin semua persoalan ini diselesaikan secara internal terlebih dahulu, baik di sekolah maupun oleh pihak Dinas Pendidikan,” ujar Parman usai RDP.
Meski demikian, ia membuka kemungkinan adanya tindak lanjut jika dibutuhkan pengembangan lebih lanjut. “Jika ke depan diperlukan pendalaman, kami akan memanggil pihak-pihak terkait untuk dimintai keterangan tambahan,” tambahnya.
Terkait informasi adanya ketegangan antar guru dan dugaan kegagalan kepala sekolah dalam membina hubungan antarpendidik, Parman menilai hal ini sebagai titik krusial yang perlu segera dicari solusinya.
“Kami melihat adanya sekat antara guru satu dengan yang lain, yang informasinya bersumber dari aduan para guru. Kepala sekolah juga dilaporkan gagal membina dan merangkul semua guru di sekolah tersebut. Maka, kami ingin mencarikan titik temu,” jelasnya.
“Kami minta semua pihak, baik guru maupun kepala sekolah, bisa berbesar hati. Turunkan ego, saling menerima, dan saling memaafkan. Jangan sampai perpecahan ini justru mengganggu proses belajar mengajar,” tutupnya.
(shl/af)