Mamasa, TARGETTUNTAS.ID — Geger kasus viral meninggalnya seorang pasien lansia tanpa penanganan di Puskesmas Nosu, Kabupaten Mamasa, berbuntut pada pencopotan Kepala Puskesmas, Bd. Adolfina Y.T., S.Tr.Keb. Keputusan ini diambil Bupati Mamasa, Welem Sambolangi, menyusul hasil investigasi tim gabungan Pemkab. Minggu, 03/08/2025.
Tim investigasi terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan, Kepala BKPPD Baso Parjuni, serta pihak Inspektorat, dengan pengamanan dari aparat Polsek Pana’. Mereka turun langsung ke lapangan, menelusuri kronologi kejadian, sistem pelayanan, dan mengonfirmasi keterangan keluarga korban.
Menurut Kepala BKPPD Mamasa, Baso Parjuni, ditemukan kelalaian fatal berupa tidak adanya petugas medis di IGD saat pasien tiba dalam kondisi kritis.
“IGD tidak boleh kosong dalam situasi apa pun. Fakta ini membuktikan pelanggaran standar operasional pelayanan,” tegas Baso.
Temuan ini dikuatkan dengan rekaman video berdurasi lebih dari empat menit yang memperlihatkan seorang lansia tergeletak tanpa mendapat penanganan medis selama lebih dari 15 menit sebelum akhirnya meninggal dunia. Video ini memicu gelombang kemarahan publik.
Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Mamasa menjadi salah satu suara paling lantang menyuarakan kritik. Ketua GAMKI, Yusti, menyebut kasus ini sebagai akumulasi dari berbagai keluhan masyarakat terhadap lemahnya manajemen Puskesmas Nosu.
“Ini bukan kasus tunggal. Sudah banyak keluhan sebelumnya. Kami mendesak Bupati segera mencopot Kapus Nosu demi mencegah korban berikutnya,” ungkap Yusti dalam pernyataan tertulis.
Menanggapi pencopotan dirinya, Adolfina mengungkapkan bahwa saat kejadian, seluruh tenaga medis sedang menjalankan tugas lain. Satu petugas tengah mengantar pasien rujukan ke RS Polewali, sementara satu-satunya perawat yang tersisa sedang membantu proses persalinan di lantai dua.
“Saya berada di rumah dinas. Ketika dihubungi, saya langsung menuju Puskesmas, namun pasien sudah meninggal dunia,” jelasnya.
Keterangan Adolfina dibenarkan satpam bertugas, Soleman Sulle, yang menyebut durasi dari kedatangan pasien hingga meninggal hanya sekitar 10 menit.
Adolfina menegaskan bahwa peristiwa ini adalah dampak dari krisis struktural: kekurangan sumber daya manusia. Puskesmas Nosu tidak memiliki dokter, dan hanya mengandalkan empat tenaga kesehatan yang harus berjaga 24 jam bergiliran.
“Kami sangat kekurangan tenaga. Penambahan dokter dan perawat sangat mendesak jika kita ingin menghadirkan pelayanan kesehatan yang layak,” tambahnya.
Tragedi Nosu membuka mata tentang rapuhnya sistem layanan dasar di daerah tertinggal. Minimnya tenaga medis, keterbatasan fasilitas, dan longgarnya SOP menjadi kombinasi mematikan. Satu celah saja bisa berujung pada hilangnya nyawa.
Masyarakat kini menanti langkah nyata dari Pemkab Mamasa dan Dinas Kesehatan. Tidak cukup hanya mencopot pejabat, dibutuhkan reformasi menyeluruh agar tragedi seperti ini tidak menjadi bagian dari “normal baru” di pelosok negeri.
Laporan : ROMAN


