PAREPARE, TT – Kota Parepare tercatat sebagai penyumbang inflasi tertinggi di Sulawesi Selatan, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Parepare. Meski begitu, inflasi kota ini menurun dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
“Pada Agustus 2024, inflasi Parepare mencapai 2,22 persen, lebih rendah dibandingkan Agustus 2023 yang mencapai 2,87 persen. Inflasi ini merupakan yang terendah kedua setelah April 2024, yang tercatat sebesar 2,19 persen,” ungkap Kepala BPS Parepare, Suparno Pani.
Kenaikan inflasi sebagian besar dipicu oleh harga yang diatur pemerintah. “Inflasi di Parepare disebabkan oleh kenaikan tarif yang diatur pemerintah, seperti tarif parkir dan rumah sakit, serta harga emas perhiasan,” jelas Suparno. Selain itu, komoditas beras dan cabai rawit juga turut mempengaruhi inflasi. Pasalnya, Parepare bukan daerah produsen dan harus mendatangkan banyak kebutuhan dari luar.
Meski demikian, Suparno memuji upaya Pemkot Parepare dalam menekan inflasi melalui pelaksanaan pasar murah dan gerakan pangan murah. “Pada bulan Agustus 2024, Parepare bahkan mengalami deflasi sebesar -0,16 persen. Hal ini menunjukkan ketersediaan stok pangan cukup dan harga-harga cenderung menurun,” tambahnya.
Namun, tantangan masih tetap ada, terutama dalam menjangkau kelompok masyarakat yang paling membutuhkan. Pengamat ekonomi, Dr. Yadi Arodhiskara, menyatakan bahwa pasar murah memang efektif menekan inflasi, tetapi perlu lebih difokuskan pada masyarakat miskin. “Pemerintah harus memastikan bahwa pasar murah menyasar kelompok miskin, bukan hanya kelas menengah yang memiliki daya beli lebih tinggi,” ujarnya.
Yadi juga menekankan pentingnya konsultasi pemerintah daerah dengan pemerintah pusat terkait kebijakan fiskal. “Agar kebijakan fiskal pada kebutuhan pokok bisa mencegah kelompok menengah jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem,” tambahnya.
Sementara itu, Penjabat Wali Kota Parepare, Akbar Ali, menegaskan bahwa inflasi sebesar 2,22 persen masih dalam kategori aman dan proporsional. “Inflasi Parepare sudah seimbang dan masih berada dalam batas aman, yakni antara 1,5 persen hingga 3,5 persen. Ini menunjukkan kestabilan ekonomi kota,” katanya.
Sebagai catatan, inflasi di Parepare pernah jauh lebih tinggi pada tahun 2023, mencapai 6,66 persen, yang disebabkan oleh kenaikan tarif air dari PAM. Namun, Pemkot Parepare kini terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi melalui berbagai program penanganan inflasi agar dampaknya pada masyarakat bisa diminimalisir. (A.Shl**)