TANJABAR, TARGET TUNTAS.ID – Kasihan Rakyat. (20/2/2025).Setiap malam di RT 08 Parit Ilahi, Desa Lumahan, Kecamatan Sanyerang, rakyat seolah dipaksa oleh pahitnya realita menjalani hidup dalam kegelapan. Bukan hanya karena tak ada penerangan jalan, tetapi juga karena harapan yang semakin redup, terbenam dalam janji pemerintah yang tak kunjung ditepati.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan publik: Di mana cahaya perhatian dan kasih sayang pemerintah saat gelap tiba?. Warga mengaku sudah bertahun-tahun mendengar janji perbaikan jalan dan pemasangan lampu penerangan, tetapi realisasi masih jauh dari harapan. Sejak era Presiden Jokowi hingga kini di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto, perubahan yang dinantikan tak kunjung adanya.
Mereka terus menjalani malam dalam gulita, melintasi jalan rusak (hasil proyek gagal kualitas), yang berkubang lumpur dan penuh batu tajam, kontras dengan jalanan mulus menuju Istana Negara.
“Berapa kali kami harus jatuh dulu baru didengar?” keluh seorang warga dengan mata berkaca-kaca.
Tak sedikit anak-anak yang menangis karena harus melewati jalanan berlumpur saat berangkat dan pulang sekolah, meski program makan siang gratis sudah mereka nikmati. Para lansia pun berjalan tertatih, gemetar melewati kubangan dalam dan bebatuan yang menusuk kaki.
Ketua RT 08, Rofik Umurona, mengungkapkan bahwa pemasangan lampu jalan sempat dimulai, tetapi terhenti di enam titik. Sementara itu, sebagian besar lingkungan masih mencekam dalam kegelapan.
“Anak-anak takut keluar rumah setelah magrib, ibu-ibu cemas, sementara para petani terpaksa memanggul hasil panen karena jalan mulai berlumpur dan makin parah, sehingga sulit dilewati kendaraan,” ujarnya.
Tak hanya itu, normalisasi parit yang sudah lama dijanjikan pemerintah juga tak kunjung terealisasi. Setiap hujan deras, banjir kecil masuk ke rumah warga, membawa lumpur dan ancaman penyakit.
Seorang ibu menggendong bayinya yang demam, suaranya bergetar, “Anak-anak kami sering sakit, dan kami hanya bisa pasrah,”tuturnya.
Malam terus berganti, jalan tetap rusak, harapan masih tergantung pada janji yang tak pasti. Warga RT 08 Parit Ilahi hanya ingin hidup layak, tetapi suara mereka seolah tak lebih dari gema yang terhalang dinding dibalik kursi empuk para penjabat “birokrasi tak peka”.
Derita mereka menggambarkan ironi yang memantul Sila Kelima Pancasila: “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”