PAREPARE, TARGETTUNTAS.ID – Menjelang musim kemarau yang diprediksi akan mencapai puncaknya pada September mendatang, Perusahaan Air Minum (PAM) Tirta Karajae Parepare telah menyiapkan langkah-langkah antisipatif untuk menjaga kelancaran layanan air bersih kepada pelanggan.
Manajer Teknik dan Perencanaan PAM Tirta Karajae, Wahid, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan pemetaan wilayah-wilayah yang berpotensi mengalami gangguan distribusi saat debit air menurun.
“Kami sudah punya peta wilayah yang biasanya terdampak saat debit air menurun. Itu menjadi acuan kami untuk mengatur sistem distribusi dan tekanan air agar tetap merata,” ujar Wahid, Rabu (18/6/2025).
Meskipun sebagian wilayah Sulawesi Selatan sudah mulai mengalami penurunan curah hujan sejak Mei, kondisi sumber air baku di Parepare masih tergolong stabil.
“Kami prediksi Parepare akan mengalami puncak kemarau pada September. Tapi kondisi sumber air baku sejauh ini masih mencukupi untuk kebutuhan pelanggan,” tambahnya.
Hingga pertengahan Juni ini, ketersediaan air baku tetap dalam batas aman untuk melayani pelanggan di seluruh wilayah Kota Parepare, termasuk jika musim kemarau berlangsung lebih panjang hingga September.
PAM Tirta Karajae mengandalkan dua sumber utama air baku, yakni Sungai Karajae dan sumur dalam di beberapa titik strategis. Ketergantungan terhadap curah hujan pun relatif rendah, karena debit kedua sumber tersebut masih memadai.
“Sungai Karajae dalam kondisi kemarau masih mampu menyuplai air hingga 80 liter per detik, meski tentu tetap perlu diatur dengan efisiensi,” jelas Wahid.
Sebagai bagian dari kesiapsiagaan, PAM Tirta Karajae juga mengatur pola distribusi air secara dinamis dan telah menyiagakan armada tangki air bersih untuk mengantisipasi kebutuhan mendesak di wilayah tertentu.
“Kita sudah siapkan armada tangki jika ada daerah yang memerlukan suplai tambahan. Prinsipnya, kebutuhan dasar masyarakat tetap jadi prioritas utama,” tegasnya.
Dengan berbagai strategi ini, PAM Tirta Karajae Parepare optimistis dapat menjaga layanan air bersih tetap maksimal, meski dihadapkan pada potensi cuaca ekstrem dan kekeringan.
(*)